Lalat Maggot Menjadi Alternatif Untuk Kelola Sampah Di Klaten, Hingga Saat Ini Budidaya Lalat Maggot Di Klaten Terus Berkembang Sinifigkan.
Permasalahan sampah hingga saat ini masih belum terpecahkan, dimana sampah tersebut bisa selalu terurai setiap harinya.
Kepala Bidang Pengendalian Dampak Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DLHK Klaten Dwi Maryono mengatakan, ada 5 kelompok pembudidaya lalat maggot BSF besar-besar yang mampu mengurai sampah organik di Kabupaten Klaten.

Pemkab Klaten akan memberikan anggaran sebesar Rp 556 juta rupiah bagi budidaya lalat maggot khusus kelompok besar yakni untuk pengadaan alat pemilah sampah di pasar, kendaraan untuk mengambil sampah makanan Maggot, maupun alat pencacah sampah” tandas Kabid Pengendalian Dampak Lingkungan DLHK Klaten Dwi Maryono kepada wartawan di sela-sela pertemuan budidaya Lalat maggot di sebuah rumah makan di Klaten Rabu (12/8/20).
Di katakan budidaya lalat maggot jenis BSF sangat menjanjikan terutama bagi pengelolaan sampah yang saat ini masih belum terpecahkan bahkan menjadi permasalah baru dimana sampah tersebut bisa selalu terurai setiap harinya. Pemkab Klaten selalu mensuport kepada warganya yang telah mengembangkan budidaya lalat Maggot sebagai pahlawan bagi sampah organik di kabupaten Klaten.
Dijelaskan aspek penting dalam budidaya lalat maggot ini pada sektor sampah organik sehingga dapat meringankan beban dari beberapa sektor, ada sektor yang diuntungkan dari pembudidayanya sendiri dan warga yang setiap hari membuang sampah” ungkapnya.
Ia berharap pembudidayaan lalat maggot terus berkembang, anggotanya lebih banyak, pencapaiannya besar sehingga pengurangan sampah melalui budidaya maggot ini bisa signifikan, dengan biopon misalnya untuk skala kecil satu orang bisa mengurangi sampah organik 2 kwintal perhari.
Sementara itu Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan DLHK Klaten Srihadi mengatakan, pengembangan budidaya lalat maggot di Klaten terus berkembang sinifigkan, yang semulanya ada sekitar 50 pembudidaya lalat Maggot saat ini sudah mencapai 115 pembudidaya lalat maggot di berbagai kecamatan di Klaten seperti di Kecamatan Prambanan, Klaten Selatan, Jatinom, Ceper, Pedan” Ujarnya.
Di sisi lain salah satu budidaya lalat Maggot jenis BSF asal Desa Merbung Kecamatan Klaten Selatan Daryanto mengatakan, sangat mendukung atas atensi yang diberikan dari pemerintah kabupaten Klaten kepada pembudidaya lalat maggot BSF yang nantinya pembudidaya maggot akan lebih mudah jika mengambil sampah.
Ia menambahkan makanan untuk lalat maggot per harinya bisa mencapai 1 kwintal sampah untuk 20 kotak dan setiap harinya sudah bisa jual lalat maggot 15 kilogram untuk pakan lele dan ayam, dengan penghasilan perhari sekitar RP 70 ribu ya lumayan” pungkasnya. (YN).